Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil dan mempunyai prinsip kerja mirip dengan PLTA. Energi yang dihasilkan mikrohidro jika dibandingkan dengan PLTA skala besar cukup kecil sehingga berimplikasi pada sederhananya peralatan dan kecilnya areal tanah yang diperlukan untuk instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum terjangkau listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air 2.5 m bisa dihasilkan listrik 400 W. Potensi pemanfaatan mikrohidro secara nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang dimanfaatkan saat ini baru sekitar 600 MW. Meski potensi energinya tidak terlalu besar, namun mikrohidro patut dipertimbangkan untuk memperluas jangkauan listrik di seluruh pelosok nusantara.Pesatnya pembangunan di berbagai propinsi tentunya akan meningkatkan kebutuhan energi listrik. Mengingat tidak meratanya penyebaran energi listrik di berbagai propinsi maka dibutuhkan pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang meningkat dengan cepat. Untuk itu mikrohidro sangat terbuka sebagai objek usaha swasta. Hal ini di topang dengan banyaknya anak sungai yang mengalir di berbagai propinsi dan banyaknya irigasi di daerah transmigran. Selain itu, peluang ini dikaitkan dengan target pemerintah utnuk meningkatkan electrification ratio kepala kelurga hingga 90 persen pada tahun 2020. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga diesel dan tenaga gas maka pembangkit listrik mikrohidro ini dapat bersaing dengan biaya pembangkitannya relatif murah yakni lebih kecil dari Rp 415 kWh
Rabu, 17 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar